Report Abuse

Blog berisi kumpulan produk hukum Indonesia.

MInat Baca Anak Indonesia Bermasalah


Negara-negara Asia menempati peringkat lima besar dalam ranking sekolah berprestasi terbaik yang dikeluarkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), namun Indonesia menempati urutan 10 terbawah.

Sebuah laporan BBC terhadap peringkat-peringkat tersebut, yang dipresentasikan secara resmi pada Forum Pendidikan Dunia di Korea Selatan, pekan depan, menunjukkan bahwa anak-anak Singapura berusia 15 tahun memimpin dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan, diikuti oleh Hong Kong, Korea Selatan dan Taiwan. Sebanyak 76 negara diikutsertakan dalam survey tersebut, di mana survey dikatakan jauh lebih komprehensif ketimbang tes PISA dari OECD yang juga menempatkan Indonesia dalam posisi buruk.
malas membaca pada anak
Dalam peringkat gabungan terbaru, Indonesia beerada dalam peringkat ke-69, tepat di atas Botswana, Peru dan Oman. Negara tetangga Malaysia berada di peringkat ke-52 dan Thailand berada di peringkat ke-47.

Andreas Schleicher, Direktur Pendidikan OECD, menunjukkan dalam laporan BBC bahwa rahasia kesuksesan hal tersebut di atas adalah guru yang baik. Beberapa negara Asia sangat baik dalam hal menghadirkan guru-guru berbakat di kelas-kelas yang memiliki tantangan berat, sehingga setiap siswa memiliki akses ke guru-guru terbaik tersebut.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengakui pentingnya guru dalam mendorong kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut Anies, guru-guru di Indonesia tertinggal dengan rekan-rekan mereka di Asia Tenggara. Kementerian selama ini hanya menilai siswa sebagai bagian dari parameter kualitas pendidikan, dan sekarang adalah waktunya untuk menilai guru.

Saras Dewi, dosen di Universitas Indonesia mengatakan bahwa sebagian besar guru di Indonesia masih menganut sistem yang sudah berlangsung selama puluhan tahun yang menekankan pada aspek penghafalan daripada pemahaman siswa. Saras menjelaskan bahwa guru memiliki peran penting dalam merangsang siswa untuk belajar. Guru harus diajarkan pendekatan yang komprehensif dalam mengajar siswa. Mengajar tidak selalu harus pedagogik.

Saras menambahkan, para guru harus menggunakan pendekatan progresif di mana guru bisa memotivasi rasa ingin tahu siswa dan memicu mereka berpikir kritis. Hal ini akan berhasil jika guru mendorong siswa untuk membaca buku-buku yang berkualitas, karena membaca sejalan dengan proses berpikir kritis yang memungkinkan siswa untuk kreatif dan berdaya cipta.

Sebuah survei PBB pada 2012 menunjukkan kurangnya minat baca di kalangan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan muda. Membaca adalah faktor yang paling penting untuk mencetak siswa berkualitas, sayangnya membaca tidak menjadi prioritas di kalangan siswa Indonesia, yang sebagian besar lebih suka menonton TV dan bermain game komputer.

Pakar pendidikan Darmaningtyas Utomo dari Universitas Paramadina Jakarta mengatakan Indonesia harus segera meningkatkan minat baca di kalangan muda jika bangsa ini ingin bersaing dengan negara lain. Kurangnya minat baca ini berasal dari budaya masyarakat Indonesia yang sebagian besar menekankan tradisi lisan. Sayangnya, ketika masyarakat Indonesia belum masuk ke tahap membaca-menulis, masyarakat Indonesia dipaksa untuk mengadopsi era digital, yang benar-benar serba instan.

Kurangnya minat baca ini memiliki efek luas tidak hanya pada individu tetapi juga pada pembangunan nasional. Gaya hidup anak muda yang lebih mengarah pada sosialisasi tidak akan membantu permasalahan. Kebiasaan membaca harus ditanamkan dalam lingkungan keluarga maupun di sekolah.

Oleh karena itu, pemerintah memiliki peran besar untuk mendorong masyarakat untuk membaca dengan mengembangankan kepustakaan. Pemerintah memiliki peran dalam mendistribusikan buku-buku, terutama ke daerah-daerah terpencil. Pemerintah juga harus menemukan cara untuk menggunakan media digital sehingga menarik orang untuk membaca tulisan yang berkualitas.

Related Posts