Kritikan pedas harus diterima guru Indonesia. Pengamat pendidikan Indra Charismiadji mengatakan sia-sia pemerintah menggaji besar guru, jika masih gaptek. Bagaimana pendidikan Indonesia bisa meningkat jika kualitas dan kompetensi pendidiknya masih sangat rendah.
Lembaga-lembaga internasional menempatkan kualitas pendidikan Indonesia rata-rata rangking dua dari bawah," ujar Indra dalam sebuah seminar nasional pendidikan, Selasa (26/4).
Anehnya, kata Indra, seluruh guru
ramai-ramai meminta kenaikan gaji serta tunjangan dengan alasan
memuliakan tenaga pendidik. Sejumlah daerah, malah memberikan tunjangan
yang fantastis. Di DKI Jakarta, misalnya, gaji dan tunjangan guru
mencapai Rp 18 juta.
"Guru di DKI dibayarkan Rp 18 juta,
angka yang cukup tinggi. Yang jadi pertanyaan, layakkah mereka
mendapatkan gaji setinggi itu? Sementara dari data banyak guru DKI yang
tidak tahu soal komputer," sergahnya.
Hal ini dipaparkan Indra Charismiadji saat membeberkan fakta survei oleh 4 lembaga survei Internasional. Organization for Economic and Development (OECD) menempatkan Indonesia di urutan 64 dari 65 negara. The Learning Curve menempatkan Indonesia pada posisi buncit dari 40 negara yang disurvei.
hasil survei TIMS and Pirls menempatkan Indonesia di posisi 40 dari 42 negara. Sedangkan World Education Forum di bawah naungan PBB menempatkan Indonesia di posisi 69 dari 76 negara.
Menurut Indra, kondisi tersebut dipengaruhi berbagai faktor. Salah satunya adalah rendahnya minat baca di Indonesia. United Nation Educational, Scientific and Culturan Organization menyebut hanya satu dari 1000 orang yang memiliki minat baca serius.
Lanjut Indra, bila gurunya gagap
teknologi alias gaptek, bagaimana bisa mengajarkan siswa generasi abad
21. Itu artinya, pemerintah sia-sia mengeluarkan dana ratusan juta untuk
bayar gaji dan tunjangan guru.